Refleksi Filosofis
Pembangunan Masyarakat
Ini adalah sebuah
refleksi saya tentang uraian filsafat pembangunan masyarakat yang kemarin
diungkapkan oleh Prof. Enceng. Pada dasarnya pembangunan merupakan usaha untuk
menuju kepada sesuatu yang lebih baik dengan menggunakan berbagai cara,
tentunya dengan cara yang baik.
Manusia sebagai
pemimpin di dunia ini dituntut melakukan perubahan dari kondisi awal (yang
kurang baik) kepada kondisi yang lebih baik, sebab pembangunan melibatkan
perubahan sikap manusia sebagai individu pembangun. Sikap yang bagaimana agar
pembangunan didalam masyarakat berhasil, yaitu sikap yang inovatif, kreatif dan
konstruktif. Seperti dikatakan dalam Surat Hud ayat 61 , bahwa ....."
Allah menciptakan manusia dan manusia yang jadi pemakmurnya"....
Manusia hidup tentu
memiliki tujuan (cita-cita), dalam mencapai tujuan itu perlu dilakukan
perjuangan. Dengan perjuangan inilah modal kita untuk merubah sesuatu hal.
Seperti dikatakan di Surat Ar Rad ayat 11, bahwa : "Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ". Adalah suatu hal yang wajar bila manusia selalu berharap ingin yang mudah-mudah saja, tidak mau menempuh suatu yang sulit, dan biasanya cemas menghadapi kesulitan.
Seperti dikatakan di Surat Ar Rad ayat 11, bahwa : "Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ". Adalah suatu hal yang wajar bila manusia selalu berharap ingin yang mudah-mudah saja, tidak mau menempuh suatu yang sulit, dan biasanya cemas menghadapi kesulitan.
Dari Al Quran dan
hadist tersirat bahwa perwujudan keadaan yang membuahkan hasil adalah kemampuan
manusia untuk berpikir untuk meyakinkan dirinya yang terbaik sehingga dapat
mewujudkan cita-cita, hal ini tentu sebagai sebuah kemurahan Allah SWT. Tuhan
Sekalian Alam. Artinya, manusia jangan pernah menyerah dengan tangtangan
kesulitan hidup, segalanya harus dihadapi dengan optimis. Manusia harus
berjuang memakmurkan isi bumi. Dalam perjuangan menuju cita-cita itu manusia
dibekali fitrah (potensi). Potensi tersebut perlu didayagunakan, seperti apakah
potensi tersebut?
Pertama, Harga diri
.
Kedua, Curiocity, dorongan untuk selalu ingin
tahu,
Ketiga, menolong (
Al Maidah ayat 2)
Keempat, Kerjasama,
Kelima, Berjuang
(Al- Balad ayat 4).
Manusia diciptakan
Allah untuk berjuang menghadapi kesulitan. Menurut surat ini, manusia haruslah
bersusah payah mencari kebahagiaan dan Allah sendiri telah menunjukkan jalan
yang membawa kepada kebaikan, dan jalan yang membawa kepada kesengsaraan. Allah
menggambarkan bahwa jalan yang membawa pada kebahagiaan itu lebih sulit
menempuhnya daripada yang membawa kepada kesengsaraan. Allahu Akbar, Segala
puji bagi Allah.
Pembangunan
masyarakat adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk merubah sebuah masyarakat
menjadi lebih baik dengan mencurahkan segala tenaga, pikiran dan perjuangan.
Perubahan pembangun masyarakat akan terjadi bila "kadar untuk mencapai
perubahannya" tinggi. Kadar disini ditentukan oleh sikap mental pembangun
itu sendiri. Siapa pembangun itu, kita, masyarakat dan para pemimpin mulai dari
tingkat atas sampai tingkat bawah. Sayang kelihatannya kemauan baik kita untuk
membangun dalam sebuah pembangunan masih rendah. Seperti itukah ? Entahlah.
Kini Desa memiliki
potensi besar untuk menjadi vocal point dalam mengembangkan desa dengan
berlandaskan pada filosofi pembangunan masyarakat yang mengutamakan kemampuan
sendiri, memberdayakan diri sendiri dan bangkit bersama sama membangun bangsa.
Sejalan dengan penghargaan pada desa untuk membangun desanya sendiri dari
pemerintah dengan keluarnya Terbitnya
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang
selanjutnya disebut dengan UU Desa, menjadi sebuah titik awal harapan desa
untuk bisa menentukan posisi, peran dan kewenangan atas dirinya. Harapan supaya
desa bisa bertenaga secara sosial dan berdaulat secara politik sebagai fondasi
demokrasi desa, seta berdaya secara ekonomi dan bermartabat secara budaya
sebagai wajah kemandirian desa dan pembangunan desa. Harapan tersebut semakin
menggairah ketika muncul kombinasi antara azas rekognisi dan subsidiaritas
sebagai azas utama yang menjadi ruh UU ini.
Ada filsafat isu
tentang sifat mental orang barat dan orang timur, " Sikap mental orang
barat selalu melihat kedepan, sementara sikap mental orang timur cenderung ke
bawah sehingga dorongan untuk majunya tidak begitu cepat".
Uraian yang menarik
bagi saya Prof...begitu saya bergumam dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar