Selasa, 21 Maret 2017

Andragogi Dalam Sebuah Pelatihan

Pentingnya Pendekatan Andragogi dalam Sebuah Pelatihan
Kebanyakan teori mengenai proses belajar mengajar didasarkan pada rumusan pendidikan sebagai proses transmisi budaya. Oleh karena itu, lahirlah istilah pedagogi, yang artinya suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak, kemudian berkembang menjadi ilmu dan seni mengajar. Pendidikan sekarang tidak lagi dirumuskan sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses sepanjang hayat terhadap apa yang dibutuhkan untuk diketahui. Salah satu seni mengajar pembelajaran bagi sebuah pelatihan yang mayoritas pesertanya orang dewasa adalah Andragogi. Pengertian andragogi menurut Knowles (1970: 37) adalah ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar (andragogy is the art and science of helping adult learn). Keterlibatan merupakan kunci dalam pendidikan orang dewasa.
Langkah Pembelajaran Orang Dewasa dan Penerapan Andragogi dalam Pelatihan
Pada pendekatan andragogi, peranan pendidik dalam proses pembelajaran adalah ialah sebagai fasilitator, dia bertindak sebagai pembimbing belajar dalam proses belajar, dengan pandangan seperti ini maka tanggung jawab belajar terletak  di tangan peserta belajar. Zainudin Arif (1984: 10) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar mengajar yang bersifat andragogik melibatkan langkah-langkah yaitu :
(1) menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa, (2) menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif, (3) mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) merumuskan tujuan belajar, (5) mengembangkan rangcangan kegiatan belajar, (6) melaksanakan kegiatan belajar, (7) mendiagnosis kebutuhan belajar (evaluasi).
Knowles (1970: 54 dan 1984: 117) mengemukakan prosedur yang perlu ditempuh dalam penerapan pendekatan andragogi atau sebagai pengembangan program andragogi ke dalam tujuh langkah. Ketujuh langkah tersebut adalah  sebagai berikut :
a.       Menciptakan iklim belajar yang kondusif (the establishment of a climate conductive to adult learning)
b.       Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang partisipatif    ( the creation of an organizational structure for partisipatif planning)
c.       Mendiagnosis kebutuhan belajar (the diagnosis of needs for learning)
Abdulhak menyatakan bahwa langkah-langkah untuk mendiagnosis kebutuhan belajar, yaitu:
1)       Pelatih menyiapkan topik-topik yang memungkinkan.
2)       Menawarkan topik-topik tersebut kepada warga belajar.
3)      Memberikan kesempatan atau waktu tertentu kepada warga belajar untuk menyusun 10 topik yang ingin mereka pelajari.
4)  Pelatih mengumpulkan topik-topik tersebut, kemudian menyusun prioritas kelompok dan mengajukan 10 topik yang diminati.
5)      Mengajukan kepada warga belajar bersamaam dengan urutan penyajiannya dan bacaan yang ditentukan.
d.       Merumuskan tujuan belajar (the formulation of direction for learning)
e.       Mengembangkan rancangan kegiatan belajar (the development of a design of activities)
      Berikut gambar siklus pengalaman belajar :
 


1)    Experiencing atau Mengalami. Proses dimulai dengan pengalaman peserta atau menjadi terlibat dalam kegiatan. Dasar bagi seluruh proses, pengalaman itu sendiri membutuhkan peserta untuk melakukan, katakanlah, mendengar, mengamati, dll.
2)   Publishing atau Penerbitan atau Berbagi. Setelah pengalaman aktual, peserta berbagi reaksi mereka dan pengamatan tentang aktivitas.
3)       Generalizing atau Pengolahan atau Interprestasi. Dalam bagian dari siklus ini, pelatih membantu mengarahkan secara umum dinamika peserta kelompok interaksi. Selama terjadi aktivitas atau penampilan, fasilitator membantu kelompok mengeksplorasi dan menganalisis apa yang terjadi kepada mereka selama memperoleh pengalaman.
4)       Applying atau Penerapan. Langkah terakhir mengharuskan peserta untuk berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan dengan pembelajaran baru ini, bagaimana mereka akan menerapkannya.
5)       Mengelola kegiatan belajar (the operation of the activities)
Mengelola kegiatan belajar adalah menjabarkan rancangan belajar ke dalam bentuk tindakan dan melalui urutan tertentu.
f.        Mengembangkan rancangan kegiatan belajar (the development of a design of activities)
g.       Mengelola kegiatan belajar (the operation of the activities)
h.    Evaluasi hasil belajar dan mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (the diagnosis of needs for learning )
Menurut William P Golden Jr. dalam tulisannya On Becoming a Trainer (Lunandi, 1982), sikap mental pendidik yang dianggap tepat adalah: (1) tenggang rasa (empati); (2) wajar (jujur, apa adanya, wajar, terus terang, konsisten,terbuka); (3) respek (mempunyai pandangan positif terhadap peserta didik; menghargai perasaan, pengalaman, kemampuan peserta didik, dan dirinya sendiri); (4) komitmen terhadap kehadiran  (bersedia mengahadirkan diri penuh, melibatkan diri dalam segala kegiatan kelompok); (5) mengakui kehadiran orang lain. (tidak sombong dan memberi kesempatan orang lain mengungkapkan diri); (6) membuka diri (menerima keterbukaan orang lain dan bersedia mengungkapkan pengalamannya kepada orang lain); (7) tidak menggurui (sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta didik sebagai sikap yang meremehkan); (8) tidak menjadi ahli; (9) menjawab setiap pertanyaan, seakan-akan pendidik adalah orang yang ahli dalam segala hal); (9) tidak memotong bicara; (10) tidak diskriminatif (pendidik perlu memberi perhatian kepada peserta didik secara merata).

Secara singkat implementasi andragogi dalam sebuah pelatihan bisa kalian simak dalam video dibawah ini :






sumber video : dokumen pribadi.

Sebagai penambah pengetahuan kamu silahkan simak video berikut ini :



                               sumber video : https://www.youtube.com/watch?v=dquOOoT_hHU


Tidak ada komentar:

Posting Komentar