Pentingnya Pendekatan Andragogi
dalam Sebuah Pelatihan
Kebanyakan
teori mengenai proses belajar mengajar didasarkan pada rumusan pendidikan
sebagai proses transmisi budaya. Oleh karena itu, lahirlah istilah pedagogi,
yang artinya suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak, kemudian berkembang
menjadi ilmu dan seni mengajar. Pendidikan sekarang tidak lagi dirumuskan
sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai
suatu proses sepanjang hayat terhadap apa yang dibutuhkan untuk diketahui. Salah
satu seni mengajar pembelajaran bagi sebuah pelatihan yang mayoritas pesertanya
orang dewasa adalah Andragogi. Pengertian andragogi menurut Knowles (1970: 37)
adalah ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar (andragogy is the art
and science of helping adult learn). Keterlibatan merupakan kunci dalam
pendidikan orang dewasa.
Langkah Pembelajaran Orang Dewasa
dan Penerapan Andragogi dalam Pelatihan
Pada pendekatan andragogi, peranan pendidik dalam
proses pembelajaran adalah ialah sebagai fasilitator, dia bertindak sebagai
pembimbing belajar dalam proses belajar, dengan pandangan seperti ini maka
tanggung jawab belajar terletak di
tangan peserta belajar. Zainudin Arif (1984: 10) mengungkapkan bahwa dalam
proses belajar mengajar yang bersifat andragogik melibatkan langkah-langkah yaitu
:
(1) menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa, (2) menciptakan
struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif, (3)
mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) merumuskan tujuan belajar, (5) mengembangkan
rangcangan kegiatan belajar, (6) melaksanakan kegiatan belajar, (7) mendiagnosis
kebutuhan belajar (evaluasi).
Knowles (1970: 54 dan 1984: 117) mengemukakan
prosedur yang perlu ditempuh dalam penerapan pendekatan andragogi atau sebagai
pengembangan program andragogi ke dalam tujuh langkah. Ketujuh langkah tersebut
adalah sebagai berikut :
a.
Menciptakan iklim belajar yang
kondusif (the establishment of a climate
conductive to adult learning)
b.
Menciptakan struktur organisasi untuk
perencanaan yang partisipatif ( the creation of an organizational structure
for partisipatif planning)
c.
Mendiagnosis kebutuhan belajar (the diagnosis of needs for learning)
Abdulhak menyatakan bahwa
langkah-langkah untuk mendiagnosis kebutuhan belajar, yaitu:
1)
Pelatih menyiapkan topik-topik yang
memungkinkan.
2)
Menawarkan topik-topik tersebut kepada
warga belajar.
3) Memberikan kesempatan atau waktu
tertentu kepada warga belajar untuk menyusun 10 topik yang ingin mereka
pelajari.
4) Pelatih mengumpulkan topik-topik
tersebut, kemudian menyusun prioritas kelompok dan mengajukan 10 topik yang
diminati.
5) Mengajukan kepada warga belajar
bersamaam dengan urutan penyajiannya dan bacaan yang ditentukan.
d.
Merumuskan tujuan belajar (the formulation of direction for learning)
e.
Mengembangkan rancangan kegiatan
belajar (the development of a design of
activities)
Berikut
gambar siklus pengalaman belajar :
1) Experiencing atau Mengalami. Proses dimulai
dengan pengalaman peserta atau menjadi terlibat
dalam kegiatan. Dasar bagi seluruh proses, pengalaman itu sendiri membutuhkan peserta untuk melakukan, katakanlah,
mendengar, mengamati, dll.
2) Publishing atau Penerbitan atau Berbagi. Setelah pengalaman aktual, peserta berbagi reaksi
mereka dan pengamatan tentang aktivitas.
3)
Generalizing atau
Pengolahan atau Interprestasi. Dalam bagian dari siklus ini, pelatih membantu mengarahkan secara umum dinamika peserta kelompok interaksi. Selama terjadi aktivitas atau penampilan,
fasilitator membantu kelompok mengeksplorasi dan menganalisis apa yang terjadi
kepada mereka
selama memperoleh pengalaman.
4)
Applying atau Penerapan.
Langkah terakhir mengharuskan peserta untuk berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan dengan
pembelajaran baru ini, bagaimana mereka akan menerapkannya.
5)
Mengelola kegiatan belajar (the operation of the activities)
Mengelola kegiatan
belajar adalah menjabarkan rancangan belajar ke dalam bentuk tindakan dan
melalui urutan tertentu.
f.
Mengembangkan rancangan kegiatan
belajar (the development of a design of
activities)
g.
Mengelola kegiatan belajar (the
operation of the activities)
h. Evaluasi hasil belajar dan mendiagnosa
kembali kebutuhan belajar (the diagnosis of needs for learning )
Menurut William P
Golden Jr. dalam tulisannya On Becoming a
Trainer (Lunandi, 1982), sikap mental pendidik yang dianggap tepat adalah:
(1) tenggang rasa (empati); (2) wajar (jujur, apa adanya, wajar, terus terang,
konsisten,terbuka); (3) respek (mempunyai pandangan positif terhadap peserta
didik; menghargai perasaan, pengalaman, kemampuan peserta didik, dan dirinya
sendiri); (4) komitmen terhadap kehadiran
(bersedia mengahadirkan diri penuh, melibatkan diri dalam segala
kegiatan kelompok); (5) mengakui kehadiran orang lain. (tidak sombong dan
memberi kesempatan orang lain mengungkapkan diri); (6) membuka diri (menerima
keterbukaan orang lain dan bersedia mengungkapkan pengalamannya kepada orang
lain); (7) tidak menggurui (sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta didik
sebagai sikap yang meremehkan); (8) tidak menjadi ahli; (9) menjawab setiap
pertanyaan, seakan-akan pendidik adalah orang yang ahli dalam segala hal); (9)
tidak memotong bicara; (10) tidak diskriminatif (pendidik perlu memberi
perhatian kepada peserta didik secara merata).
Secara singkat
implementasi andragogi dalam sebuah pelatihan bisa kalian simak dalam video
dibawah ini :
sumber video : dokumen pribadi.
Sebagai penambah pengetahuan kamu silahkan simak video berikut ini :
Sebagai penambah pengetahuan kamu silahkan simak video berikut ini :
sumber video : https://www.youtube.com/watch?v=dquOOoT_hHU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar